Tip Atur Uang Agar Tak Jebol di Tengah Work From Home
05 April 2020, 09:00:05 Dilihat: 402x

Jakarta -- Sebagian orang mungkin mengeluh bosan dengan kebijakan bekerja dari rumah (work from home). Sebagian lain, justru bersorak gembira karena bisa menghemat biaya transportasi, biaya jajan, hingga biaya nongkrong-nongkrong.
Maklum, kebijakan work from home, termasuk school from home sudah dijalani nyaris sebulan terakhir. Hal ini dikarenakan penyebaran virus corona belum reda. Bahkan, meningkat menjadi 1.790 kasus per Kamis (2/4), dengan tingkat kematian nyaris 10 persen.
Situasi ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi ibu rumah tangga dalam mengatur keuangan. Masalahnya, bekerja atau sekolah dari rumah terkadang membuat jumlah pengeluaran menjadi berkali-kali lipat dibandingkan dengan situasi normal.
Inilah yang harus dipikirkan para ibu sebagai bendahara rumah tangga. Jika tak hati-hati, keuangan dalam beberapa bulan ke depan bisa saja jebol.
Perencana Keuangan OneShildt Financial Planning Lusiana Darmawan mengatakan beberapa komponen pengeluaran rumah tangga otomatis akan meningkat dengan penerapan bekerja dan sekolah dari rumah.
Misalnya, penggunaan air dan listrik akan lebih sering dari biasanya, sehingga tarif yang harus dibayar juga berpotensi meningkat.
Begitu juga dengan penggunaan gas. Kegiatan masak di rumah otomatis akan meningkat dari biasanya, maka itu gas menjadi lebih cepat habis dan pengeluaran untuk membeli gas akan lebih besar.
Kemudian, sang ibu juga harus memikirkan makanan ringan untuk anak yang lebih banyak karena penerapan sekolah di rumah. Ini semua bisa membuat ibu rumah tangga pusing untuk mengatur keuangan keluarga.
Namun, Anda sebagai ibu rumah tangga tak perlu khawatir. Lusiana menyatakan work from home dan school from home juga bisa memberi dampak positif untuk keuangan keluarga.
Misalnya, kebutuhan untuk transportasi sehari-hari dan uang jajan anak sekolah otomatis akan berkurang karena banyak menghabiskan waktu di rumah. Nah, sang ibu bisa menutup kenaikan sejumlah kebutuhan rumah tangga dengan dana yang sebelumnya digunakan untuk transportasi sehari-hari dan uang jajan anak sekolah.
Ibaratnya, realokasi dana dari transportasi dan jajan di luar. "Bisa subsidi silang. Uang transportasi misal suami dan istri bisa jadi berkurang, uang jajan anak juga. Uang itu bisa digunakan untuk bayar keperluan keluarga yang naik," ungkap Lusiana kepada CNNIndonesia.com, Kamis (2/4).
Jadi, ibu rumah tangga tak perlu sampai menambah alokasi belanja keluar per bulannya selama menerapkan working from home dan school from home.
Namun, jika dana yang seharusnya digunakan sebagai transportasi dan uang jajan anak tak cukup untuk membayar kenaikan komponen kebutuhan rumah tangga lain, Lusiana menyatakan tak masalah bagi ibu rumah tangga menambah alokasi belanjanya.
Tapi, jangan sampai tambahan itu naik signifikan. "Makanya harus ada strateginya," imbuh Lusiana.
Ambil contoh, ibu rumah tangga bisa mulai menyiapkan rencana mingguan dengan menyiapkan menu makan untuk keluarga, mulai dari sarapan, makan siang, makan malam, dan makanan ringan. Dengan begitu, jumlah pengeluaran bisa diukur.
"Jadi didata dulu untuk belanja apa saja. Beli juga secukupnya, beli yang perlu, jangan beli yang berlebihan dan justru tidak sehat," terang Lusiana.
Selain itu, anggota keluarga juga harus menahan untuk membeli barang-barang yang tidak penting. Ia menyarankan agar dana hanya digunakan untuk membeli barang pokok dan membayar fasilitas untuk kebutuhan sehari-hari, seperti listrik, air, gas, dan sekolah anak.
"Lupakan dulu kebutuhan yang menyangkut gaya hidup, seperti mau beli baju atau sepatu. Situasi tidak pasti karena virus corona ini tidak ada yang tahu sampai kapan, jadi harus ikat pinggang dulu untuk jaga-jaga," jelas Lusiana.
Menurut dia, ibu rumah tangga bisa mengalokasikan untuk konsumsi sebesar 45 persen-50 persen dari total penghasilan keluarga. Konsumsi yang dimaksud mulai dari belanja kebutuhan sehari-hari, bayar air, listrik, dan memenuhi kebutuhan gaya hidup.
"Nah dari situ bisa diatur sendiri berapa gaya hidup, kewajiban membayar listrik atau air, dan belanja kebutuhan sehari-hari," tutur dia.
Yang penting, Lusiana mengingatkan agar ibu rumah tangga tidak panik dengan membeli banyak barang secara berlebihan untuk disimpan di rumah. Selain itu, sang ibu juga harus menomorsatukan kebutuhan primer dibandingkan yang lainnya.
"Jangan boros, jangan panik. Fokus ke biaya-biaya primer, seperti untuk makan sehari-hari. Bayar kewajiban tiap bulan, lupakan dulu kebutuhan gaya hidup," ucap Lusiana.
Perencana Keuangan Finansia Consulting Eko Endarto berpendapat pengeluaran yang berkurang karena bekerja dari rumah dan anak yang juga sekolah dari rumah bisa dimanfaatkan untuk menambah tabungan keluarga.
"Coba dipaksain dulu anggaran yang harusnya digunakan untuk transportasi dan uang jajan anak dimasukkan ke rekening terpisah, jangan dipakai," ujar Eko.
Menurut dia, ibu rumah tangga justru harus berusaha menekan pengeluaran di tengah situasi yang serba tidak pasti seperti sekarang. Eko menyarankan keluarga bisa berkomitmen untuk tak jajan berlebihan yang mengakibatkan pengeluaran menjadi bengkak.
"Kadang-kadang bekerja dari rumah jadi borong karena tergoda untuk jajan lebih banyak, beli kopi, martabak untuk sore-sore," tutur Eko.
Jika itu bisa ditahan, maka total pengeluaran keluarga tak akan bengkak atau bahkan bisa lebih rendah dari bulan-bulan sebelumnya. Eko menyatakan ibu rumah tangga tak perlu khawatir dengan potensi kenaikan pembayaran listrik, air, dan pembelian gas.
"Seharusnya kalau pun naik tidak terlalu tinggi. Misalnya ibu rumah tangga tidak bekerja, kan dia pasti memang menggunakan listrik, lalu anak sekolah biasanya siang juga sudah pulang. Mungkin, ada tambahan dari suami yang bekerja dari rumah. Harusnya tidak banyak," jelas Eko.
Di sisi lain, Eko juga sependapat dengan Lusiana, di mana ibu rumah tangga dapat mengalokasikan konsumsi sebesar 50 persen dari total pendapatan keluarga. Dalam alokasi konsumsi itu, ibu rumah tangga harus mengutamakan penggunaan untuk membayar kebutuhan sehari-hari, seperti listrik, air, gas, dan makan.
"Lalu juga uang sekolah anak lalu gaya hidup. Utamakan dulu yang tagihan bulanan untuk kebutuhan sehari-hari," kata Eko.
Kemudian, Eko menambahkan ibu rumah tangga juga harus mengalokasikan pendapatan keluarga sebesar 10 persen untuk investasi dan 10 lagi untuk dana darurat. Lalu, sisanya 30 persen digunakan untuk membayar cicilan utang.
Sumber : cnnindonesia.com
Share:

UN Videos

Visiting Professor, Program Studi Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Java Coffee Culture and Festival Peneleh 2024
Rapat Terbuka Senat dalam rangka Wisuda Sarjana ke - 56 dan Magister ke - 44

UN Cooperation

De Montfort Leicester University Alexandria University Chiang mai university Derby University
 
Essex I Coe Rel UTHM ICOGOIA University Malaysia PAHANG Universiti Utara Malaysia
 
National University Kaohsiung Taiwan Politeknik Sultan Mizan Zainal Abidin Prince Sultan University Quest Nawab Shah Pakistan Universiti Teknologi MARA
 
Universiti Kebangsaan Malaysia Universiti Malaysia Kelantan Universiti Malaysia Perlis Universiti Zainal Abidin Universiti Sains Malaysia
 
Universiti Pendidikan Sultan Idris Erasmus

 

INTAKINDO PT. Aria Jasa Konsultan Bumi Harmoni Indoguna Cakra Buana Consultan Ciria Jasa Consultant
 
Internasional Peneliti Sosial Ekonomi Teknologi PT. Jasa Raharja NOKIA INKINDO MASKA
 
Surabaya TV PT. Amythas General Consultant
 
       

 

Perkumpulan Ahli dan Dosen Republik Indonesia IT Telkom Surabaya Institut Aditama Surabaya Institut Teknologi Nasional Malang
 
Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya Politeknik Negeri Malang Universitas Pakuan Universitas Nasional Kualita Pendidikan Indonesia
 
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Politeknik Negeri Bali Sekolah Tinggi Agama Islam Salahuddin Pasuruan
 
Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul `Ula Nganjuk Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Al Anwar Mojokerto STIE NU Trate Gresik Sekolah Tingi Ilmu Ekonomi Widya Gama Lumajang Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yapan Surabaya
 
STIE Pemuda STIKOSA STKIP PGRI Bangkalan STKIP PGRI Jombang STKIP PGRI Sidoarjo
 
STT Pomosda Nganjuk UINSA Universitas Mercu Buana Universitas Airlangga Universitas Darul `Ulum Jombang
 
Universitas Negeri Surabaya Universitas Brawijaya Malang Teknik Sipil Universitas Negeri Surabaya Universitas PGRI Adi Buana Surabaya UNIPDU
 
UNISLA UNISMA Universitas 45 Bekasi Universitas Dr.Soetomo UNITRI
 
Universitas 45 Surabaya Universitas Bondowoso Universitas Islam Madura Pamekasan Universitas Jember Universitas Maarif Hasyim Latif
 
Universitas Madura Universitas Merdeka Surabaya Universitas Bina Darma Universitas Wijaya Putra Universitas Padjajaran
 
Universitas Muhammadiyah Malang Universitas Muhammadiyah Papua Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Universitas Muhammadiyah Surabaya Universitas Negeri Malang
 
Universitas Islam Raden Rahmat Universitas Widyagama Malang Universitas Pembangunan Nasional Veteran Surabaya UWIKA Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
 
UNIVERSITAS SUNAN BONANG TUBAN Universitas 17 Agustus Surabaya UNUGIRI Bojonegoro Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
 
Akademi Pariwisata Majapahit  

 

Copyright (c) 2025 by UN | Universitas Narotama, All Rights Reserved.